Minggu, 21 Desember 2014

MATERI TEMATIK DAN INKUIRI

PENDEKATAN INKUIRI DAN TEMATIK


Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah: Pengembangan Mata Kuliah Pendidikan IPA SD
                                       Dosen Pengampu: Arfilia Wijayanti,S.Pd,M.Pd


                                                            

Disusun oleh: 

Lucia Maharani.W

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PG-SD
UNIVERSITAS PGRI
SEMARANG
2014




KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Penyusunan makalah yang berjudul TEMATIK DAN INKUIRI  ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing mata kuliah pengembangan IPA SD
Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua yang terlibat dalam penyusunan makalah ini khususnya dosen pembimbing mata kuliah pengembangan IPA SD. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan oleh penulis.

Semarang,22 Desember 2014
                                              
                                                                                                                    

                                        

                                                                                                                                   Penulis 


Pembelajaran Tematik Integratif

Dalam sejarah pengembangannya di era 70an, pembelajaran tematik integratif /terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI) dimaksudkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), cerdas, pada  program perluasan belajar, dan yang belajar cepat. Tetapi kini, dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SD kelas rendah, pembelajaran tematik integratif (terpadu) ini juga digunakan.
A. Beberapa Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Ø Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya.
Ø Pembelajaran tematik terpadu dapat memberikan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
Ø Pembelajaran tematik terpadu relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.
Ø Pembelajaran tematik terpadu  akan dapat menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
Ø Pembelajaran tematik terpadu memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

B. Tahap Pembelajaran Tematik  Terpadu
Adapun tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
·      Tahap 1. Menentukan tema. Dalam pembelajaran tematik terpadu sangat dimungkinkan untuk melakukan kesepakatan bersama antara guru dengan peserta didik untuk menentukan tema yang diminati.

·      Tahap 2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran tematik terpadu di kelas rendah SD harus mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tema yang dimuat dalam Kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2013).

·      Tahap 3. Mendesain rencana pembelajaran. Pada tahapan ini tercakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema yang dilakukan oleh guru.

·      Tahap 4. Aktivitas kelompok dan diskusi. Dalam tahapan terakhir ini, guru dapat memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa untuk ikut berpartisipasi. Dengan demikian, akan tercapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek (tema).

C. Model Pembelajaran Tematik Integratif
Salah satu model pembelajaran tematik integratif (terpadu) yang disarankan untuk peserta didik di kelas rendah SD adalah model jaring laba-laba (webbed model). Model terpadu ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan  pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.  Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1990).

DModel pembelajaran tematik yang digunakan pada kurikulum di Indonesia
1Model Hubungan/terkait (connected model)
Pada model pembelajaran ini ciri utamanya adalah adanya upaya untuk menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin ilmu. Sebuah model penyajian yang menghubungkan materi satu dengan materi yang lain. Menghubungkan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/ketrampilan yang lain. Keunggulan model ini, peserta didik memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah dilakukan karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus.

2. Model Jaring laba-laba (webbed model)
Model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntungan model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah diperolehnya pandangan secara utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda.

3. Model Terpadu (integrated model)
Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama menyeleksi konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu di kurikulum 2013.

EHakikat pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik mengubah cara belajar dari menunggu diberitahu oleh guru menjadi mencari tahu di bawah bimbingan guru. Pengorganisasian pembelajaran aktif akan menciptakan pembelajaran aktif dan bermakna bagi siswa sehingga siswa memperoleh pemahaman secara utuh dengan menggunakan pendekatan saintifik. Keuntungan pembelajaran tematik bagi peserta didik antara lain: a). Lebih mudah memusatkan perhatiannya pada sebuah tema; b). Dapat mempelajari berbagai kompetensi dasar dalam sebuah tema; c). Pembelajaran lebih berkesan dan mendalam; d). Kompetensi dasar dikaitkan dengan pengalaman peserta didik, sehingga pembelajaran lebih bermakna; e). Lebih bermanfaat karena materi berbasis tema yang jelas; f). Pembelajar an lebih menggairahkan karena peserta didik mampu berkomunikasi dengan kehidupan nyata; dan g). Lebih efisien waktu, karena melalui satu tema dapat dipelajari beberapa mata pelajaran sekaligus.

FPrinsip-prinsip pembelajaran tematik
Prinsip dalam penggalian tema: 1). Tema tidak terlalu luas sehingga mudah untuk memadukan mata pelajaran; 2). Bermakna, sehingga bisa digunakan sebagai bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya; 3). Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa; 4). Mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa; 5). Mempertimbangkan peristiwa otentik (riil); 6). Sesuai dengan kurikulum dan harapan masyarakat; 7). Mempertimbang kan ketersediaan sumber belajar. Sedangkan prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik adalah : 1). Guru tidak bersikap otoriter dan berperan sebagai single actor yang mendominasi proses pembelajaran; 2).Pemberian tanggungjawab terhadap individu dan kelompok harus jelas dan mempertimbangkan kerja sama kelompok; 3). Guru bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang muncul saat proses pembelajaran yang di luar perencanaan; 4). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping penilaian lain. Penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik yang meliputi lima domain yaitu: konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap.

GLangkah-langkah penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik
1. Invitasi/apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstrorming dan menghasilkan kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat umum atau khusus, tetapi harus mampu menimbulkan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan.

2. Eksplorasi
Pada tahap ini siswa dibawah bimbingan guru mengidentifikasi topik penyelidikan. Pengumpulan data dan informasi selengkap-lengkapnya tentang materi dapat dilakukan dengan bertanya (wawancara), mengamati, membaca, mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari sumber-sumber langsung (tokoh, obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung misalnya buku, koran, atau sumber informasi publik yang lain.

3. Mengusulkan penjelasan/solusi
Pada tahap ini seluruh informasi, temuan, sintesa yang telah dikembang kan dalam proses penyelidikan dibahas dengan teman secara berpasang an / dalam kelompok kecil. Saling mengkomunikasikan hasil temuan, menguji hipotesis kemudian melaporkan / menyajikannya di depan kelas untuk menggambarkan temuan setelah pembahasan.

4. Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan, siswa menindaklanjuti dengan menyusun simpulan serta penerapan dari temuan-temuannya. Untuk mengungkap pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi dapat dilakukan melalui evaluasi. Penilaian pembelajaran tematik menggunakan 5 (lima) domain, yaitu 1) Konsep; 2) Proses; 3) Aplikasi; 4) Kreativitas dan 5) Sikap. Penilaian otentik sesuai diterapkan dalam penilaian pembelajaran tematik integrative.

H. Langkah-langkah pengelolaan pembelajaran tematik terpadu.
Langkah-langkah mengelola pembelajaran tematik integrative diawali dari menginventarisir tema dan dipilih dari tema yang paling sederhana, dekat dengan lingkungan, sesuai dengan usia dan perkembangan siswa. Setelah penetapan tema dibuatlah matrik yang menggambarkan hubungan antar mata pelajaran, kompetensi dasar dan indicator yang disatukan dalam sebuah tema. Kalender tematik dibuat setelah matrik, kalender tematik berisi informasi tentang agenda (jadwal) pembelajaran tematik. Setelah itu mempelajari silabus dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekaligus penilaiannya. Proses tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:

I. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik
a. Menetapkan mata pelajaran
Semua mata pelajaran yang akan diajarkan diinventarisir. Mata pelajaran tersebut dipetakan atas kompetensi inti dan kompetensi dasar.

b. Menetapkan KD dan indicator
Setelah melakukan penetapan mata pelajaran dan memetakan KI dan KD maka guru perlu untuk menterjemahkan kompetensi dasar (KD) ke dalam indikator. Indikator merupakan alat ukur yang akan digunakan oleh guru dalam teknis pembelajaran.

c. Menginventarisir tema
Beberapa mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indicator akan diikat dengan tema. Tema merupakan media pemersatu agar penyajian pembelajaran bisa terintegrasi. Tema sebaiknya tidak terlalu luas tetapi juga jangan terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan menjadi sub-sub tema atau anak tema yang lebih spesifik. Sub tema tersebut kemudian dijabarkan dalam materi pembelajaran seperti contoh dalam skema berikut:

d. Pemetaan
Pemetaan mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator ke dalam tema merupakan dasar penyusunan matrik. Pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan format berikut:

e. Menyusun matrik
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang bisa disatukan dalam sebuah tema dalam bentuk matriks. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Sub Tema 1 Aku Anak Sehat
Pembelajaran 1

f. Menyusun kalender akademik
Kalender tematik dibuat setelah matrik Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang diikat dalam tema selesai dibuat. Kalender ini sebagai panduan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang berfungsi sebagai jadwal pemetaan alokasi waktu tematik.

g. Mempelajari Silabus
Mempelajari Silabus yang nantinya akan dijabarkannya ke dalam RPP

h. Menyusun Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan Permendiknas RI no 81 A bahwa RPP disusun dengan komponen sebagai berikut : 1). Identitas sekolah (nama sekolah, tema, kelas/semester dan alokasi waktu; 2). Kompetensi Inti (KI-1, 2, 3 dan 4); 3). Kompetensi Dasar; 4). Indikator Kompetensi; 5). Tujuan Pembelajaran (sesuai indikator); 6). Materi Pelajaran, yang dikemas dalam satu tema mencakup esensi materi beberapa mata pelajaran; 7). Metode Pembelajaran, yang mampu memungkinkan kegiatan belajar aktif dengan pendekatan Saintifik; 8).  Langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari :a) Pendahuluan(merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yangditujukan membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik agar siapmengikuti proses pembelajaran); b)Kegiatan inti(merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaranyang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasipeserta didik untuk berpartisifatif aktif serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembanganfisik serta psikologis peserta didik). Kegiatan inti dilakukan melalui proses eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga proses tersebut dirancang secara terpadu melaluikegiatan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, danmembaca; c)Kegiatan Penutup(merupakankegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yangdilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, refleksi, umpanbalik, dan tindak lanjut berupa penugasan terstruktur dan atau kegiatan mandiri tidakterstruktur; dan 10). Penilaian yang dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran.
http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/



PENDEKATAN INKUIRI
  
1.    Pengertian Pendekatan Inkuiri
     Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.  Kuslan dan Stone (Dahar dan Liliasari 1986, dalam Iskandar, 1996/1997:68) mendefinisikan “pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan”.
Hinrichsen juga menambahkan bahwa (1999) inkuiri mengandung dua makna utama yaitu inkuiri sebagai inti dari usaha ilmiah dan inkuiri sebagai strategi untuk belajar mengajar IPA, sebagai strategi mengajar IPA inkuiri merupakan metode yang mengharuskan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui pertanyaan mereka tentang suatu hal, kemudian merencanakan dan melakukan investigasi untuk menjawab pertanyaan tersebut, melakukan analisis dan mengkomunikasikan hasil penemuan mereka.
Proses-proses inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan, mengembangbangkan beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan bertanggung jawab. Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penemuan yang menuntut pengetahuan yang lebih kompleks dibandingkan pendekatan discovery. Pada pendekatan inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya sendiri. Pada pendekatan inkuiri, permasalahan dilontarkan oleh guru, cara pemecahan masalah ditentukan oleh siswa, penemuan kesimpulan juga dilakukan oleh siswa.
 Dalam sebuah kumpulan definisi inkuiri di inquiry page (2004) menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pada pembelajaran yang melibatkan suatu proses penyelidikan yang alami atau material world, yang mendorong siswa untuk bertanya, membuat penemuan dan menguji penemuan itu melalui penelitian dalam pencarian suatu pemahaman baru. Inkuiri yang berhubungan dengan pendidikan IPA harus mencerminkan penyelidikan. Dengan demikian proses belajar mengajar melalui inkuiri ini selalu melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi dan eksperimen.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan inkuiri sebagai suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat percobaan dan sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah, sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

2. Tahapan-tahapan Inkuiri
       Dalam website inquiry page UIUC (copyright 1998-2004 inquiry page version 1.35) dinyatakan bahwa proses inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui 5 tahap seperti disajikan pada gambar 1 berikut :
tahapan inkuiri terdiri dari 5 tahap yaitu fase bertanya (Ask), fase penyelidikan (investigate), menghasilkan (create), diskusi (discuss), dan refleksi (reflect). Setiap langkah dalam proses ini secara alami mendorong munculnya pertanyaan baru, investigasi, dan peluang untuk “teachable moments”. Sintaks proses inkuiri disajikan pada tabel 2.1 berikut :


 
Tahapan Proses Inkuiri
1.          Ask
             Siswa :
        Berkeinginan untuk menemukan sesuatu. Mulai bertanya tentang apa yang hendak diketahui. (yang menjadi fokus pada tahap ini adalah munculnya pertanyaan atau masalah).
        Mulai untuk menggambarkan dan menguraikan apa artinya.
2.          Investigate
             Siswa :
        Apa yang dipikirkannya itu diwujudkan dalam tindakan.
        Mulai untuk mengumpulkan informasi, meneliti, mempelajari, bereksperimen, dan mengobservasi (langkah mengumpulkan informasi menjadi suatu proses memotivasi diri yang secara keseluruhan dimiliki oleh siswa yang terlibat).
3.          Create
             Siswa :
        Informasi yang telah didapat, pada tahap ini digabungkan. Siswa mulai membuat hubungan. (kemampuan pada tahap ini adalah untuk mensintesis pemahaman yang merupakan percikan kekreatifan yang membentuk semua pengetahuan baru).
       Melakukan tugas yang kreatif membentuk pemahaman baru, gagasan, dan teori yang signifikan diluar pengalaman utamanya.
4.          Discuss
             Siswa :
        Mulai berbagi gagasan baru mereka dengan orang lain.
        Mulai untuk bertanya pada yang lain tentang investigasi dan pengalaman mereka sendiri. (bertukar pikiran, mendiskusikan kesimpulan, dan berbagai pengalaman merupakan semua contoh tindakan dalam proses ini).
5.          Reflect
             Siswa :
        Menggunakan waktunya untuk melihat kembali permasalahan awal atau permasalahan baru. Pada tahap ini memungkinkan untuk kembali pada tahap 1 dan selanjutnya hingga didapatkan penyelesaian yang lebih berarti.

3.    Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
a.    Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, rumusan masalah merupakan arah yang dicapai dalam pembelajaran. Perumusan masalah         harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.
       b.    Merumuskan Hipotesis : Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
       c.    Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.
       d.    Menguji hipotesis : Data yang sudah dianalisis kemudian disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah. Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila perlu mengulang langkah ketiga.
       e.    Merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Apabila rumusan hipotesis sudah jelas, dan kalau sudah terkumpul, siswa dibimbing untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.
       f.     Menetapkan pemecahan masalah tentu saja dengan bimbingan guru.

4.    Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri menurut Sound dan Trowbridge
       Sound dan Trowbridge 1973 (Mulayasa, 2008:109) mengemukakan tiga macam model inkuiri sebagai berikut :
1.    Inkuiri terpimpin (guide inquiry)
       Pada inkuiri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru, petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
2.    Inkuiri bebas (free inquiry)
       Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
3.    Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Dari ketiga model inkuiri tersebut, model inkuiri yang penulis gunakan adalah inkuiri terpimpin. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : (1) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problemik) dan sesuai dengan daya nalar siswa; (2) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; (3) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; (4) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berdiskusi; (5) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (6) tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

5.    Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri
   Dalam penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :
a.    Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

b.    Prinsip Interaksi.
Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

c.    Prinsip Bertanya.
Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses berpikir.

d.    Prinsip Belajar untuk Berpikir.
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.

e.    Prinsip Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.

6.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri
       Berikut ini adalah beberapa kelebihan pembelajaran yang menggunakanpembelajaran inkuiri :
       a.    Bruner (Amin, 1987:133), seorang psiklog dari Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan metode inkuiri sebagai berikut :
       1.    Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
       2.    Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.
       3.    Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
       4.    Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
       5.    Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic.
       6.    Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
       7.    Pengajaran berubah dari “teacher-centered” menjadi “student centered”
       8.    Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri (self concept)
       9.    Tingkat pengharapan bertambah.
       10.    Dapat meningkatkan bakat kemampuan individu.
       11.     Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar tradisional (menghafal)
       12.    Memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
       13.    Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
       14.     Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
       15.     Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
       16.    Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

7.    Keuntungan Pendekatan Inkuiri
      Menurut Amin (dalam Suryanti, 2009,142) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yaitu :
       a.    Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
       b.    Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
       c.    Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.
       d.    Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.
       e.    Mengembangkan bakat individual secara optimal.
       f.     Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.

8.    Kekurangan Pendekatan Inkuiri
       Adapun kekurangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri, diantaranya :
       1.    Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
       2.    Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
       3.    Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan.
       4.    Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap guru, (Sanjaya, 2008:2006).

9.    Kesulitan Pembelajaran Inkuiri
       Sebagai suatu strategi yang baru, dalam penerapannya Strategi Pembelajaran
Inkuiri (SPI) terdapat beberapa kesulitan diantaranya :
       a.    SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang berstandarkan dua sayap yang sama penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru sudah terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada penyampaian informasi sehingga sulit untuk mengubahnya.
       b.    Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru sehingga bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Dengan demikian sulit untuk mengubah cara belajar mereka sebagai proses berpikir. Akibatnya mereka akan mengalami kesulitan manakala diajak memecahkan suatu persoalan, disuruh bertanya dan menjawab pertanyaan.
       c.    Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Sistem pendidikan menganjurkan agar proses pembelajaran lebih mengarahkan pada cara belajar siswa aktif, tetapi sistem evaluasi masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja. Dengan demikian guru sebagai pelaksana di lapangan mengalami kebingungan.

10. Penerapan Pendekatan Inkuri dalam Pembelajaran IPA di SD
       Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada penemuan-penemuan.
       Piaget dalam Sliman (2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat  apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol  mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Menurut (Jorolimek dalam Najimudin),inkuiri merupakan pendekatan siswa. Melalui pendekatan inkuiri guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus memecahkannya, Pendekatan inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan satu masalah yang dibatasi oleh satu disiplin ilmu. Dalam menanamkan konsep, misalnya konsep gerak di kelas III SD, pembelajaran ini akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan dan ikut terlibat secara aktif dalam menemukan konsep gerak benda yang dibimbing guru.

11.  Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Inkuiri
 Menurut Gegne dalam Dahar, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Teori belajar yang mendukung pendekatan inkuiri adalah teori perkembangan Piaget, bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umumnya. Perjenjangan ini bersifat hierarchies, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuai yang berada diluar tahap kognitifnya. Teori belajar Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Yakni tahap enaktif, dimana individu melakukan aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap ikonik dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap simbolik dimana ia mempunyai gagasan abstrak yang dipengaruhi bahasa dan logika.
Teori belajar bermakna Asuabel, belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu, diperlukan dua persyaratan yang dikemukakan oleh Relly & Lewis 1983 : materi yang secara potensial bermakna, dan dipilih serta diatur dan harus sesuai dengan tingkatn perkembangan siswa. Suatu situasi belajar yang bermakna factor motivasional mengasimilasi materi baru apabila tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.

Daftar isi: http://blognyapgsd.blogspot.com/2014/12/pendekatan-inkuiri-dan-tematik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar